Film Horror #NechanPunyaCerita
Karena hasil photographyku soal "Toko Merah'' masuk Line Today dan isi artikelnya horror banget (padahal isi captionku di Instagram soal toko merah malah bahas sejarahnya bukan sisi horrornya 🤣). Aku jadi pengen nulis soal film horror.
Entah sejak kapan aku jadi rajin ke bioskop buat nonton film horror. Bermula sepertinya dari The Conjuring 2 dan Insidious chapter 2 (sekitar tahun 2015-2016 lalu). Duh itu serinya Insidious bener-bener keren banget banget menurutku. Sampai semua seri maupun spin off The Conjuring sama Insidious aku nonton.
Apa segitu sukanya aku sama film horror? Yah kalau disuruh pilih antara melodrama dengan film horror, aku bakal pilih melodrama. Apalagi kalau melodrama ada genre fantasynya. Cuman alasan aku nonton film horror tuh karena beberapa film horror alur ceritanya bagus!
Plus memang lebih berani nonton kalau banyak orang 🤣. Dan di bioskop kan kita nontonnya rame-rame, layarnya gede, plus didukung sound system yang ajib. Jadi pas deh buat aku teriak-teriak tanpa rasa malu 😂. Kalau di rumah mah mana bisa teriak-teriak. Apalagi aku sekarang tinggal bareng keluarga. Kecuali kalau lagi sendiri di rumah, nyanyi-nyanyi nggk jelas pun aku lakuin hahaha.
Jadi ingat. Dulu yang sering temani nonton film genre horror itu kak Ida. Salah satu senpai di Comasu. Sudah lupa kapan terakhir kali nonton bareng kak Ida (uh kangen). Tetapi banyak momen bareng kak Ida kalau soal nonton di bioskop. Malah kak ida selalu tanya, eh nechan ayo nobar (nonton bareng), atau ajak anak Comasu yang lain buat nonton bareng.
Dulu aku seperti ketua spesialis divisi nobar genre horror 😅. Beberapa kali juga nobar bareng anak Comasu yang lain. Pernah nobar bareng nonton the Nun kalau nggk salah, kachan duduk disampingku, aku teriak-teriak tiap hantunya muncul, kachan malah ketawa-ketawa pas hantunya muncul 🤣 aku sampai heran kok ada manusia yang ketawa lihat hantu.
Lanjut, tetapi aku sendiri cuma suka genre horror film US/Eropa. Mungkin karena tipe hantunya gampang dideskripsikan. Macam hantunya tipe biarawati, tipe yang kerasukan, tipe bentuk manusia pada umumnya pokoknya. Nggk aneh-aneh macam hantu lokal Indonesia. Dan tipe hantunya juga tidak sebanyak tipe hantu di Indonesia. Aku kurang suka hantu macam boneka-bonekaan sih, lebih menantang yang hantu bentukan manusia pada umumnya.
Plus dari segi alur, ceritanya fokus ke hantunya. Dan alurnya juga tidak mainstream. Alur ceritanya runtut walau dibuat berpart-part. Selain itu selalu dibuat penasaran dengan endingnya yang selalu ngegantung. Untuk beberapa orang, ada yang tidak suka ending ngegantung. Tetapi aku malah suka sih. Yang penting endingnya jelas dan ceritanya berlanjut.
Aku juga suka alur yang dipakai Insidious maupun Conjuring itu alur maju mundur. Jadi otakku mencoba mencerna mana alur pertama dan mana alur kedua dan seterusnya. Memutar otak kemudian mencari alur cerita yang tepat itu menyenangkan. Begitupula dengan film lain sih, aku suka alur seperti itu.
Selain alur cerita, aku suka setting ceritanya yang nggk dibuat terlalu dark. Jadi masih ada cukup cahaya normal kalau siang hari. Walau untuk kebanyakan film horror memang jangka waktu malam harinya lebih panjang dibanding siang hari. Aku sampai sering ngeluh pas jalan ceritanya sudah malam hari, ''kok malamnya lama banget sih''. Yaiyalah malamnya lama, namanya juga film horror. Hantunya kebanyakan muncul yah pas malam xD.
Kalau baca insta story orang indo yang tinggal di UK, menurut mereka suasana di UK memang seperti itu. Suasana cloudy gloomy dingin. Mungkin karena intensitas cahaya matahari di UK tidak sebanyak yang ada di negara-negara tropis macam Indo. Jadinya kelihatan dark. Macam di film Harry Potter kan setahuku shooting nya di UK (London, Scotland, Northumberland, sama dimana lagi ya? Bantu jawab dong potterhead 🤣). The Nun itu juga lokasi shootingnya di Eropa, lebih tepatnya di Rumania. Kalau Insidious dan The Conjuring setahuku di US.
Pemain utamanya juga pemberani banget pergi ke gereja-gereja kuno sendirian atau ke tempat-tempat sepi sendirian. Udah tahu tempat-tempat gaib, tetap aja di datangin. Paling tidak panggil teman kek atau panggil pendeta buat nemenin xD. Yah disitu seninya, biar suasana horrornya makin terasa. Tetapi setelah dipikir-pikir aku sering kemana-mana sendiri sih 🤔 cuman memang jarang ke tempat yang beneran horror seperti di film-film.
Jadi apakah aku berani masuk ke rumah-rumah maupun gereja layaknya di film-film horror US/Eropa? Tentu! Tetapi minimal ada yang temani sih 😹 kalau sendiri rasanya ya bakal horror juga. Aku nggk mau uji nyali sendirian 🤪. Cuman kalau sekedar lewat depan bangunannya atau lewat depan gereja kuno/klasik aku berani-berani saja. Apalagi gereja katedral di UK tuh cantik-cantik, vintage banget 😭💙 pengen banget masuk ke katedral besar di UK, minimal cuman pengen lihat-lihat interiornya. Atau misal ada teman yang nikah di katedral please undang aku yah! 😄✌️
Oh iya aku baru cek, sutradara rata-rata film horror yang aku nonton itu James Wan, kalau penulisnya aku belum cek. Aku juga sekarang menantikan serial The Conjuring part 3: The Conjuring: The Devil Made Me Do It. Yang sepertinya ditunda untuk tayang dari rumah produksi karena pandemi covid-19. Aku cek di wikipedia, jadwal tayangnya diundur jadi Juni 2021.
Please semoga vaksin cepat bisa disalurkan tahun depan sehingga aku sedikit tidak parno untuk ke bioskop lagi. Dan bisa nonton film horror lagi yeyyyy,
Oke. Sekian dulu ceritaku kali ini. Yonde kurete arigatou gozaimasu. Entah postinganku ini bakal ada yang baca atau tidak, tapi apa kamu juga suka film horror? Apa film horror favoritemu? Yuk komen di bawah. Siapa tahu aku ketemu teman baru yang punya interest yang sama.
Satu lagi. Bagi kalian yang suka sama photography, follow instagram aku yah @nekusahasumi . Promosi dikit biar banyak yang follow >__< huehehe.
See you in the next post! Mata ne~~~ 😽
0 comments